Jarimu harimaumu bukanlah ungkapan yang baru kita dengar, bukan tanpa alasan karena dunia maya menjelma menjadi dunia kedua bagi kita setelah dunia nyata. Mengapa demikian? Karena Interaksi sosial, aktivitas kehidupan lainnya tidak hanya dilakukan di dunia nyata tapi juga berlaku di dunia maya. Kecanggihan teknologi mampu menghapus batas menjadi tidak terbatas. Namun, seringkali kebablasan menjadi tidak tau batas.
media sosial menjadi jembatan interaksi ke tempat terjauh sekalipun. Ada ungkapan sebuah istilah media sosial mendekatkan yang jauh tapi juga menjauhkan yang dekat. Dua ungkapan tersebut begitu related dengan kehidupan yang terjadi saat ini.
Dampak penggunaan media sosial yang berlebihan menimbulkan adiktifitas bagi penggunanya. Itulah menjadi penyebab terkadang melupakan realita karena terlalu fokus di dunia maya. pengguna media sosial kebanyakan lebih memiliki satu akun tetapi juga memiliki second account.
Banyak alasan di balik terbentuknya second account ini. Alasan mendasarnya adalah kebebasan. Umumnya second account berisi candaan, video absurd, pandangan sensitif tentang suatu hal, sindiran, curhatan dan lain-lain. Pengguna tidak perlu khawatir tentang komentar negatif karena salah satu syarat utama second account adalah akunnya yang private. membuktikan banyak diantaranya dimanfaatkan untuk hate comment atau komen seenaknya yang kemudian bersembunyi di balik fake account. Manipulasi identitas di media sosial bukan hal asing karena banyak kita temui komen-komen tidak pantas dilakukan oleh akun-akun yang tidak jelas milik siapa.
Lidahmu harimaumu, kini berganti menjadi jarimu harimaumu karena tidak sedikit kasus cyber bullyng dan hoax menyebar dengan mudahnya. Informasi bertebaran, namun belum tentu kevalidannya yang sayangnya dengan mudah di share kembali tanpa di check kembali kebenarannya sehingga menjadi peluang adu domba pihak satu dengan pihak lainnya.
Kita berada di tingkat darurat dalam penyebaran berita hoax. Dengan demikian sebelum menyebarkan informasi alangkah baiknya untuk memastikan kebenaran informasi tersebut dengan cara mencari di sumber terpercaya dan tidak hanya mengambil dari satu sumber saja.
Penulis: Ike Srilopita Nurdianti
Tidak ada komentar
Posting Komentar