Konsep permasalahan menempatkan pengangguran sebagai salah satu objek utama dalam dampak pertumbuhan ekonomi yang menurun.
Indonesia merupakan negara yang terkenal akan sumber daya alam dan sumber daya manusianya. Kekayaan ini seharusnya bisa dimanfaatkan dengan baik oleh pemerintah. Pemanfaatan sumber daya manusia maupun alam dengan baik akan menciptakan tenaga kerja dan ekonomi yang berkualitas. Akan tetapi, pemerintah belum bisa mewujudkan hal tersebut jika dilihat dari angka pengangguran yang masih tinggi.
Dilihat dari situs dataindonesia.id, bahwa Indonesia berada diurutan ke-58 dengan tingkat pengangguran sebesar 5,5 persen pada tahun 2022. Dengan kata lain pengagguran di Indonesia tercatat sebanyak 8,40 juta orang. Meski turun 350 ribu orang dari tahun sebelumnya, namun angka ini masih sangat tinggi.
Pengangguran menjadi salah satu masalah yang cukup serius dalam sebuah negara. Pasalnya, tingginya pengangguran dapat mendorong meningkatnya kemiskinan di suatu negara. Selain itu, tingkat pengangguran yang tinggi akan berdampak pada tidak optimalnya sumber daya dan potensi yang ada. Menjadi beban keluarga dan masyarakat, serta menjadi penghambat pembangunan ekonomi.
Tingkat pengangguran di perkotaan lebih tinggi dari wilayah pedesaan. Hal ini disebabkan populasi dunia yang tinggal di daerah perkotaan (urban area) lebih besar dibandingkan yang tinggal di pedesaan (rural), jumlahnya mencapai 55 persen. Hal ini berbanding terbalik dengan kondisi pada tahun 1950 di mana populasi yang tinggal di kota hanya sebanyak 30 persen.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), lebih dari 59persen pengangguran di Indonesia berusia muda antara 15-29 tahun. BPS mencatat jumlah pengangguran dalam rentang usia tersebut mencapai 4,98 juta jiwa per Februari 2022.Alasan pemuda banyak yang menganggur disebabkan rendahnya minat para pengusaha untuk mempekerjakan mereka karena anggapan bahwa para pencari kerja usia muda ini kurang berpengalaman.
Selain usia muda kurang berpengalaman, penyebab tingginya angka pengangguran pada usia muda adalah pemuda mendapatkan tekanan untuk bekerja yang lebih rendah daripada kelompok umur yang lebih tua. Pengaruh sisi penawaran juga terlihat jika dilakukan perbandingan angka pengangguran pemuda menurut jenjang pendidikan. Angka pengangguran pemuda berpendidikan menengah atau tinggi sekitar 17 persen, sedangkan angka untuk yang berpendidikan rendah 9 persen. Hal itu terjadi karena semakin tinggi pendidikan, orang semakin memilih-milih pekerjaan. Sebelum benar-benar memperoleh pekerjaan yang cocok dan sesuai harapannya, orang berpendidikan relatif tinggi lebih memilih jadi pengangguran daripada mendapat pekerjaan yang tidak sesuai keinginannya.
Oleh: Fakhri Wahdan Mubarok
Pengangguran Bukan Permasalahan Biasa
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar
Posting Komentar