Sumber : google : lintas jatim.com
Sebagai generasi
muda, tentunya kita sudah dibebankan oleh ekspektasi orang-orang terdahulu. Yaitu
ekspektasi untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Orang-orang sebelum kita
telah berjuang hingga titik darah penghabisan, demi kenyamanan yang dapat kita
nikmati saat ini. Tentu saja secara otomatis kita mempunyai tanggungjawab untuk
menjaganya. Namun, bagaimana caranya untuk mengubah dunia menjadi lebih baik,
terutama dibidang ilmu pengetahuan?
Tanpa kita sadari,
hampir semua ilmu pengetahuan sudah ditemukan pada era digital ini. Semua
kemudahan yang disuguhkan berkat jasa-jasa para ilmuwan terdahulu. Tak heran
jika generasi saat ini mendapat julukan ‘Gen-Z’. Akan tetapi,ada satu hal yang
dapat kita lakukan untuk mengubah dunia ini menjadi lebih baik, yaitu dengan
mengembang segala sesuatu yang sudah ada. Sebuah petuah bahasa Arab berbunyi “ Almuhafazhatu
‘ala qadimi shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah” yang artinya “
Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik”. Maka,
sebagai generasi muda kita tidak perlu menghilangkan penemuan-penemuan
orang-orang terdahulu untuk mengubahnya menjadi lebih baik. Justru, kita harus mengembangkan
apa yang telah ditemukan. Ibaratnya sebuah gedung tidak akan mencapai ratusan
lantai, jika tidak ada lantai dasar.
Perkembangan
teknologi dan informasi yang kita lihat saat ini tidak semata-mata terjadi
dengan sendirinya. Semua ini dapat berkembang karena adanya pendidikan.
Pendidikanlah yang mengubah segala aspek menjadi lebih baik. Karena, sejatinya
tujuan pendidikan adalah untuk kebaikan. Pendidikan dapat
mengubah taraf kehidupan menjadi lebih baik.
Hal ini terbukti
dalam penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Plos One baru-baru ini
mengungkapkan bahwa orang dengan pendidikan yang tinggi memiliki harapan hidup
yang lebih lama.Dalam peneliian tersebut, 145.000 kematian pertahun di Amerika
bisa dihindari jika banyak eara menyelesaikan pendidikan di perguruan tinggi.
Menurut Virginia
Chang, seorang Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat di New York University
Steinhardt School of Culture, Education, and Human Development, pendidikan
merupakan kunci terpenting untuk membentuk perilaku kesehatan dan mengurangi
kesenjangan sosial yang terjadi di tengah masyarakat. Chang juga memaparkan
bahwa orang yang berpendidikan tinggi dapat hidup lebih lama karena beragam
alasan, seperti perilaku hidup yang sehat dan perekonomian yang stabil, sehingga
memperngaruhi psikologis seseorang.
Namun, ada hal
penting yang harus digaris bawahi. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan
yang seimbang antara pengetahuan, moral dan spiritual. Hal ini memicu tindak
kriminal kerah putih jika bekal pendidikan moral yang dimiliki tidak
seimbang dengan ilmu pengetahuan yang dimiliki. Riset membuktikan bahwa orang
yang berpendidikan tinggi lebih rentan melakukan tindak kejahatan. Hal ini
dikarenakan pola asuh orangtua yang salah, yang mana hanya mengajari ilmu pengetahuan
dan materi. Namun tidak menanamkan nilai-nilai spiritualitas dan manner yang
baik. Sehingga, sang anak hanya mengenal teologi bagaimana caranya untuk sukses
dan mendapatkan banyak uang tanpa mengenali apa itu perbuatan baik dan buruk.
Begitu banyak manfaat
yang didapatkan dengan memiliki kualitas pendidikan yang tinggi dan seimbang.
Semua masalah perekonomian dan sosial dapat teratasi dengan mudah. Seperti di
yang kita lihat di negara Finlandia. Negara ini dinobatkan sebagai negara
paling bahagia di dunia karena memiliki masyarakat
yang sangat kooperatif dan tingkat kriminal yang rendah. Salah satu rahasianya
adalah taraf pendidikan masyarakatnya yang tinggi. Para guru di Finlandia
berpendidikan tinggi dan sangat dihormati oleh muridnya. Tentu saja, chemistry
antara guru dan murid inilah yang akan menentukan pembentukan karakter dan
masa depan si murid tersebut.
Sayangnya tidak
semua kalangan beruntung. Taraf pendidikan yang rendah masih saja menghantui
banyak masyarakat di berbagai belahan dunia. Tak terkecuali Indonesia.
Indonesia merupakan negara dengan peringkat 55 dari 73 negara di bidang
pendidikan. Jumlah penduduk Indonesia yang mecapai 276.361.788 jiwa. Sedangkan
hanya 8,5% yang dapat lulus dengan pendidikan yang tinggi. Hal in sungguh
sangat ironis. Bagaimana bisa jumlah sebesar itu memiliki taraf pendidikan yang
rendah?
Tentu saja, bukan
tanpa sebab mengapa taraf pendidikan di Indonesia begitu rendah. Alasan
utamanya adalah tingkat kesadaran masyarakat yang rendah terhadap pendidikan.
Hal ini lah yang memicu krisis pendidikan yang masih melanda Indonesia. Ada
yang beralasan bahwa biaya menjadi kendala untuk mengenyam pendidikan. Padahal
kemendikbud sendiri sudah mencanangkan program BOS (Biaya Operasional Sekolah)
untuk menyukseskan program wajib sekolah 12 tahun. Tidak hanya itu, pemerintah
juga menyediakan BSM ( Bantuan Siswa Miskin) untuk para siswa yang tidak mampu
membeli kebutuhan sekolah. Tanpa kita sadari, semua itu bukan sepenuhnya
kesalahan mereka. Akan tetapi kesalahan kita juga sebagai orang yang sadar akan
pendidikan, namun belum tergerak untuk mengayomi mereka.
Masalah ini tidak
hanya datang dari kalangan masyarakat awam saja. Namun juga datang dari pihak
pengajar. Masih banyak para guru yang belum menemukan metode yang pas untuk
mengajar para murid. Ada yang terlalu keras, ada yang kurang memahami karakter
siswa yang diajar, ada juga yang bahkan kurang memahami materi atau metode yang
diajarkan. Hal ini tentu sangat mempengaruhi kualitas pendidikan negeri ini.
Lebih parahnya lagi, bahkan ada tenaga pendidik yang tidak memperhatikan para
siswa hanya karena karena menginginkan imbalannya saja. Sungguh ironis.
Seharusnya, kepala sekolah dan pemerintah setempat menindak guru yang tidak
kompeten.
Hal ini tentu
menjadi sebuah tamparan bagi kita yang mencicipi indahnya pendidikan. Rasanya
semua yang kita dapatkan baik didalam sekolah maupun diluar sekolah tidak
membekas secara sempurna, jika rasa kepedulian kita terhadap sesama masih
dibilang kurang. Terlebih lagi di bidang pendidikan. Tak perlu melakukan hal
besar sekaligus untuk merealisasikannya. Kita bisa mulai dari hal-hal kecil.
Misalnya, membantu saudara atau tetangga yang kesulitan dalam pelajaran.
Setelah itu, jika sudah berhasil kita dapat melangkah dengan lebih berani. Seperti
mengikuti bakti sosial, pengabdian masyarakat, dsb. Jika semua itu sudah terwujud,
maka kita bisa mendirikan yayasan sosial untuk membangun negeri.
Alangkah indahnya
jika kita dapat mengubah dunia ini menjadi lebih baik. Para pendahulu kita pun
sudah pasti akan tersenyum di alam sana. Semua dasar ilmu pengetahuan sudah
ditemukan. Seperti halnya, Aristoteles yang menemukan ilmu filsafat. Ilmu
filsafat merupakan bapak dari segala ilmu pengetahuan. Setelah itu ditemukanlah
konsep phytagoras, Aljabar, Algoritma, dsb. yang kemudian berkembang menjadi
teknologi yang canggih. Itulah yang kita harus lakukan. Terus berkembang dan
berinovasi di era digital ini. Semua itu tentu tidak akan terwujud tanpa adanya
pendidikan yang seimbang. Semua orang berhak untuk mendapatkan hak mereka
mengenyam pendidikan setinggi-tingginya.Semuanya dimulai dari diri sendiri,
kemudian pada orang lain, dan akhirnya untuk dunia.
Luthfiani Nur Azizah, Peneliti Insight.
Email :luthfiani99nurazizah@gmail.com.
Sosial media : Instagram : luthfianinuraz
Tidak ada komentar
Posting Komentar