Sedemikian penting soal takwa ini, sampai-sampai Allah Subhanahu Wa Ta'ala menyediakan waktu secara khusus kepada kita untuk menempa diri kita sedemikian rupa, sehingga benar-benar bisa mencapai derajat taqwa. menjadi bertaqwa menjadi lebih bertakwa itulah bulan Ramadhan.
Taqwa menentukan posisi kita dihadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Allah
swt menegaskan taqwa menentukan pula
posisi kita di akhirat, apakah kita akan menjadi bagian dari ashabul yamin
atau golongan kanan atau golongan kiri yang
juga disebut ashabul syimal,
Tentu kita tidak ingin menjadi bagian dari golongan kiri, penghuni
neraka karena inilah yang disebut oleh Allah sebagai seburuk-buruk tempat kembali.
Kita semua tentu ingin menjadi bagian dari penghuni surga ini yang disebut Allah
sebagai sebaik-baik tempat kembali.
Tapi apa yang dapat memastikan kita nanti akan menjadi bagian dari
Ashabul Jannah hanya satu, yaitu taqwa kita kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala. Sedemikian
penting taqwa ini, sampai-sampai Allah Subhanahu Wa Ta'ala juga menyediakan banyak
waktu khusus kepada kita untuk memperbarui ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta'ala/
Lihatlah, bahwa setiap pekan kita ini khususnya laki-laki wajib untuk
hadir dalam ibadah salat Jumat dan rukun yang tak terpisah dari ibadah itu
adalah mendengarkan khotbah. Fan inti dari khotbah tak lain adalah seruan untuk
bertakwa kepada Allah dengan Taqwa yang sebenar-benarnya. Bukan sekedar seruan semestinya
juga inti dari khutbah itu adalah mengajak jamaah untuk bertakwa kepada Allah dengan
Taqwa yang sebenarnya.
Suatu hari, Rasulullah SAW dimintai nasehat oleh seorang sahabat dan
nabi memberikan nasihat pendek “ittakillaha haitsu ma kunta”, bertakwalah
kamu kepada Allah dimanapun kalian kamu berada.
Karena itulah maka semestinya kita melaksanakan semua Ramadhan ini
dengan penuh kesungguhan dan penghayatan agar apa yang menjadi tujuan utama dari
kita melaksanakan semua Ramadhan yakni diraihnya Taqwa itu betul-betul bisa tercapai.
Lafadz “la’ala” itu menurut para ulama diartikan sebagai “harful li
turja” artinya “tarraji” maksudnya kalau dalam bahasa lain itu hopefully atau mudah-mudahan,
jadi puasa ini ini tidak otomatis akan menghasilkan orang yang bertakwa, dia hanya
akan menghasilkan sosok yang bertakwa jika dia laksanakan shaum ramadan itu
dengan sebaik-baiknya, dengan penuh penghayatan, keimanan dan kemauan yang
didasarkan pada keimanan.
Ternyata kita bisa menjadi seorang yang taat kepada Allah dengan taat
yang sesungguh-sungguhnya, buktinya kita bisa tinggalkan yang halal. Jika yang
halal bisa kita tinggalkan, apalagi yang haram. Mestinya lebih bisa lagi dan
itu dalam waktu yang cukup lama, bukan hanya pada saat ibadah puasa saja, tapi
yang dilaksanakan dalam kurun waktu yang cukup panjang.
Shalat meskipun dalam satu hari lima kali, tetapi dia pendek-pendek saja
shalatnya. Begitu juga ibadah haji secara praktis mungkin hanya 67 hari selesai,
tapi puasa tidak mungkin kurang dari 1 bulan, meski juga tidak mungkin lebih
dari satu bulan untuk apa? Tak lain adalah untuk taqwa.
Karena itulah jika ada persoalan semestinya kita tempatkan sebagai fokus
dari perhatian kita, kemana seluruh energi kita kita kerahkan, tak lain itu
adalah taqwa. Taqwa itulah yang semestinya menjadi tema besar dalam hidup kita,
kemana seluruh potensi hidup kita. Waktu, tenaga, pikiran, harta, ilmu bahkan juga
nyawa kita kita kerahkan untuk meraih posisi Taqwa dengan takwa yang sebenar-benarnya
kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Indra Margana
@marganaid
Komunikasi Penyiaran Islam
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar