Di tengah komoditas lain yang mulai merangkak naik, justru masuknya beras Bulog jenis medium ini ikut menstabilkan harga beras jelang idul fitri tahun ini.
Pemimpin Perum Bulog Cabang Bandung, Yuliani Alzam menyebut hingga awal April 2023 ini sudah sekitar 4 ribu ton beras Bulog didistribusikan ke-5 daerah, yaitu Kabupten Bandung Barat, Kota Cimahi, Kabupaten Bandung, Kota Bandung, dan Kabupaten Sumedang.
"Beras medium antara lain masuk ke pasar tradisional, ritel modern, agen RPK (Rumah Pangan Kita) Bulog, dan sebagainya. Total sampai April ini mencapai sekitar 4 ribu ton. Dijual Rp 8.800 per kilogram untuk operasi pasar murah dan bagi pedagang yang datang sendiri ke gudang Bulog diberikan harga Rp 8.300 per kilogram," kata Yuliani Alzam, Senin 10 April 2023.
Yuliani menegaskan, seluruh beras Bulog terjaga kualitasnya dan beras tersebut bukan yang ditumpuk lama di gudang. Seperti yang dipasarkan ke sejumlah pasar tradisional tersebut baru datang ke gudang Bulog pertengahan Februari dan sudah langsung dikeluarkan.
Selain itu, Perum Bulog Cabang Bandung sudah menyiapkan sekitar 7.400 ton beras untuk Program Bantuan Pangan 2023 untuk lima kabupaten/kota di Jawa Barat.
"Untuk KBB sendiri totalnya sekitar 1.600 ton yang akan disebar ke keluarga penerima manfaat (KBB). Sudah kami mulai di Kecamatan Ngamprah, mudah-mudahan sebelum Idulfitri warga penerima manfaat sudah bisa menerima beras tersebut," ujarnya.
Diketahui saat ini, Program Bantuan Pangan tahun 2023 akan disalurkan kepada 21,3 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) se-Indonesia yang tercatat dalam data Kementerian Sosial untuk 3 bulan alokasi. Yaitu pada bulan Maret, April dan Mei. Adapun masing-masing KPM akan menerima sebanyak 10 kilogram per alokasi.
Sementara itu, terkait video viral di media sosial soal beras tak layak konsumsi dan dijual di operasi pasar murah (OPM) KBB pihak bulog menampiknya.
"Beras itu menjadi tidak layak konsumsi karena beberapa faktor, tapi bukan dari Bulognya. Diduga beras itu terkena hujan sebelum sampai ke tangan satu warga Cisarua itu,"tegas Yuliana alzam.
Yuliana, menambahkan, mata rantai OPM di KBB tidak langsung diberikan kepada masyarakat penerima melainkan dari kecamatan kemudian ke desa, dilanjutkan ke RT/RW. Barulah setelah itu diterima warga.
"Didugaan beras yang disalurkan oleh Bulog itu, sebelum sampai ke tangan warga, beras milik seorang warga itu terkena air hujan. Sehingga jadinya tak layak konsumsi, tapi persoalan itu sudah beres. Tapi sekali lagi saya tekankan, bahwa beras Bulog itu terjamin kualitasnya, selalu kami cek sebelum dikeluarkan," tegasnya.
Oleh:
Fakhri Wahdan Mubarok
UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar