Pekanbaru bukan satu-satunya kota yang menarik untuk dijelajahi ketika berlibur di Riau. Istana Asseraiyah Al-Hasyimiah atau lebih dikenal dengan Istana Siak Sri Indrapura wajib dikunjungi jika Anda berkunjung ke Riau. Jika tidak, rasanya perjalanan Anda tidak lengkap.
sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura
Menurut dokumen sejarah, Kesultanan Siak Sri Indrapura di Riau adalah negara Melayu Islam yang makmur yang ada dari abad keenam belas hingga kedua puluh Masehi. Kerajaan kecil ini didirikan pada tahun 1723 oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah atau Raja Kecik. Sejarah Kesultanan Siak dapat ditelusuri dari Kerajaan Johor. Karena kerajaan siak merupakan pecahan dari kerajaan johor.
Sebelum Kesultanan Siak berdiri, Kerajaan Johor terlebih dahulu memiliki kendali atas wilayah Siak. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah dan Tengku Sulaiman terlibat dalam perang saudara sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di Kerajaan Johor. Kedua tim menderita korban yang signifikan, sehingga kedua pihak mundur. Tengku Sulaiman mundur ke Pahang, sementara itu Raja Kecil mundur ke Bintan lalu mendirikan kerajaan kecil ini di pinggir Sungai Siak.
sejarah Kesultanan Siak Sri Indrapura
Menurut dokumen sejarah, Kesultanan Siak Sri Indrapura di Riau adalah negara Melayu Islam yang makmur yang ada dari abad keenam belas hingga kedua puluh Masehi. Kerajaan kecil ini didirikan pada tahun 1723 oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Shah atau Raja Kecik. Sejarah Kesultanan Siak dapat ditelusuri dari Kerajaan Johor. Karena kerajaan siak merupakan pecahan dari kerajaan johor.
Sebelum Kesultanan Siak berdiri, Kerajaan Johor terlebih dahulu memiliki kendali atas wilayah Siak. Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah dan Tengku Sulaiman terlibat dalam perang saudara sebagai akibat dari perebutan kekuasaan di Kerajaan Johor. Kedua tim menderita korban yang signifikan, sehingga kedua pihak mundur. Tengku Sulaiman mundur ke Pahang, sementara itu Raja Kecil mundur ke Bintan lalu mendirikan kerajaan kecil ini di pinggir Sungai Siak.
Pembangunan Istana Siak Sri Inderapura
rumah resmi Sultan Siak, dimulai pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Antara 1723 dan 1946, Kerajaan Siak ada selama lebih dari dua abad. Sisa-sisa istana Kesultanan Siak Sri Inderapura selesai dibangun pada tahun 1893. Pemerintah Kabupaten Siak saat ini memasukkan istana ini dalam batas-batas administratifnya. Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe adalah empat istana yang membentuk kompleks istana seluas 32.000 meter persegi. Istana Siak sendiri berukuran 1.000 meter persegi.
Arsitektur Istana Siak bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang, di antaranya ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Di lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
Memasuki ruangan tengah Istana Siak, Anda akan melihat beberapa patung yang merupakan replika suasana ketika Sultan Siak sedang berbincang dengan tamu atau para bawahannya. Di sebelah kiri, terdapat ruangan kristal yang berisi meja makan yang terbuat dari kristal asli.
Di ruangan ini juga terdapat banyak sekali cermin yang digantung di dinding. Ada lebih dari 10 cermin berukuran besar. Cermin ini dimaksudkan sebagai pemantul cahaya, baik cahaya matahari dari luar maupun cahaya dari lampu kristal di tengah ruangan yang di jaman dahulu kala yang masih menggunakan lilin.
Di ruangan lainnya, ada sebuah benda yang tidak boleh dilewatkan, yaitu alat musik kuno bernama Komet. Saat ini hanya tersisa dua di dunia, satunya lagi berada di Jerman. Alat musik berbentuk lemari setinggi hampir 2 meter ini dibawa dari Jerman pada 1896 oleh Sultan Siak XI, Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil.
Alat musik ini terawat dengan baik dengan beberapa koleksi piringan baja sebagai sumber musiknya. Secara berkala di momen-momen spesial, alat musik ini diputar untuk diperdengarkan kembali suara musik dari Beethoven, Mozart, dan Richard Krauss yang masih terdengar merdu dan indah.
Jarak antara Kabupaten Siak dan Pekanbaru, kota yang menjadi ibu kota Provinsi Riau, adalah 94 kilometer. Siak dapat diakses dengan bus dari kota Pekanbaru serta melalui sungai dengan speedboat. Waktu tempuh pada kedua jalur ini adalah 2 jam hingga 2 jam 30 menit, yang hampir sama. Ada sekitar 500 meter yang memisahkan istana Siak dan pelabuhan.
Jadi pastikan anda dan keluarga tidak melewatkan wisata budaya yang satu itu. Jika Anda berminat untuk mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura, sangat disarankan untuk datang di hari biasa, bukan di puncak masa liburan. Mengapa? Karena saat musim liburan, jumlah pengunjung akan meningkat berkali lipat. Bahkan pada puncak liburan seperti saat Idul Fitri, jumlah pengunjung bisa mencapai 14 ribu hingga 15 ribu orang. Jadi, sudahkah Anda mempersiapkan liburan Anda ke Siak?
Helmi Syarah
UIN SGD Bandung
rumah resmi Sultan Siak, dimulai pada tahun 1889, yaitu pada masa pemerintahan Sultan Syarif Hasyim. Antara 1723 dan 1946, Kerajaan Siak ada selama lebih dari dua abad. Sisa-sisa istana Kesultanan Siak Sri Inderapura selesai dibangun pada tahun 1893. Pemerintah Kabupaten Siak saat ini memasukkan istana ini dalam batas-batas administratifnya. Istana Siak, Istana Lima, Istana Padjang, dan Istana Baroe adalah empat istana yang membentuk kompleks istana seluas 32.000 meter persegi. Istana Siak sendiri berukuran 1.000 meter persegi.
Arsitektur Istana Siak bercorak Melayu, Arab, dan Eropa. Bangunannya terdiri dari dua lantai. Lantai bawah dibagi menjadi enam ruangan sidang, di antaranya ruang tunggu para tamu, ruang tamu kehormatan, ruang tamu laki-laki, ruang tamu untuk perempuan, satu ruangan di samping kanan adalah ruang sidang kerajaan, juga digunakan untuk ruang pesta.
Di lantai atas terbagi menjadi sembilan ruangan, berfungsi untuk istirahat Sultan serta para tamu istana. Di puncak bangunan terdapat enam patung burung elang sebagai lambang keberanian Istana. Sementara pada halaman istana masih dapat dilihat delapan meriam menyebar ke berbagai sisi-sisi halaman istana, kemudian di sebelah kiri belakang istana terdapat bangunan kecil yang dahulunya digunakan sebagai penjara sementara.
Memasuki ruangan tengah Istana Siak, Anda akan melihat beberapa patung yang merupakan replika suasana ketika Sultan Siak sedang berbincang dengan tamu atau para bawahannya. Di sebelah kiri, terdapat ruangan kristal yang berisi meja makan yang terbuat dari kristal asli.
Di ruangan ini juga terdapat banyak sekali cermin yang digantung di dinding. Ada lebih dari 10 cermin berukuran besar. Cermin ini dimaksudkan sebagai pemantul cahaya, baik cahaya matahari dari luar maupun cahaya dari lampu kristal di tengah ruangan yang di jaman dahulu kala yang masih menggunakan lilin.
Di ruangan lainnya, ada sebuah benda yang tidak boleh dilewatkan, yaitu alat musik kuno bernama Komet. Saat ini hanya tersisa dua di dunia, satunya lagi berada di Jerman. Alat musik berbentuk lemari setinggi hampir 2 meter ini dibawa dari Jerman pada 1896 oleh Sultan Siak XI, Sultan Assyaidis Syarif Hasyim Abdul Jalil.
Alat musik ini terawat dengan baik dengan beberapa koleksi piringan baja sebagai sumber musiknya. Secara berkala di momen-momen spesial, alat musik ini diputar untuk diperdengarkan kembali suara musik dari Beethoven, Mozart, dan Richard Krauss yang masih terdengar merdu dan indah.
Jarak antara Kabupaten Siak dan Pekanbaru, kota yang menjadi ibu kota Provinsi Riau, adalah 94 kilometer. Siak dapat diakses dengan bus dari kota Pekanbaru serta melalui sungai dengan speedboat. Waktu tempuh pada kedua jalur ini adalah 2 jam hingga 2 jam 30 menit, yang hampir sama. Ada sekitar 500 meter yang memisahkan istana Siak dan pelabuhan.
Jadi pastikan anda dan keluarga tidak melewatkan wisata budaya yang satu itu. Jika Anda berminat untuk mengunjungi Istana Siak Sri Indrapura, sangat disarankan untuk datang di hari biasa, bukan di puncak masa liburan. Mengapa? Karena saat musim liburan, jumlah pengunjung akan meningkat berkali lipat. Bahkan pada puncak liburan seperti saat Idul Fitri, jumlah pengunjung bisa mencapai 14 ribu hingga 15 ribu orang. Jadi, sudahkah Anda mempersiapkan liburan Anda ke Siak?
Helmi Syarah
UIN SGD Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar