Insight, Bandung- Bulan Dzulhijjah merupakan salah satu bulan dari 4 bulan yang mulia (asyhurul hurum). Kemuliaan itu terbukti dengan anjuran nabi Muhammad SAW untuk melaksanakan ibadah tertentu pada bulan ini.
Hari raya Idul Adha jatuh setiap tanggal 10 Dzulhijjah yang mana menjadi momen untuk umat Islam semakin mendekatkan diri kepada Allah dengan dianjurkannya puasa mulai dari tanggal 1 sampai 9 Dzulhijjah.
Puasa sunah ini terbagi ke dalam 3 jenis yaitu, puasa Dzulhijjah (1-7 Dzulhijjah), puasa tarwiyah (8 Dzulhijjah) dan puasa arafah (9 Dzulhijjah). Meskipun puasa sunnah, namun Rasulullah SAW menganjurkan umatnya untuk melaksanakan puasa suanh tersebut.
Dalam sebuah riwayat yang dikisahkan oleh Hafshah bin Umar Bin Khathab bahwa Rasulullah SAW tidak pernah meninggalkan amalan puasa sunnah pada bulan Dzulhijjah. "Dari Hafshah RA, ia berkata: Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum subuh." (HR. Ahmad dan An-Nasai)
Dalam riwayat lainnya, Rasulullah bersabda mengenai begitu banyaknya berkah pahala yang didapat jika melaksanakan puasa sunah Dzulhijjah. "Tidak ada hari-hari yang lebih Allah SWT sukai untuk beribadah selain sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah, satu hari berpuasa di dalamnya setara dengan satu tahun berpuasa, satu malam mendirikan shalat malam setara dengan shalat pada malam lailatul qadr." (HR. At-Tirmidzi).
Selain berpuasa, Nabi Muhammad juga memberikan anjuran untuk senantiasa memperbanyak dzikir di sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah karena merupakan amalan yang dicintai oleh Allah SWT.
"Tidak ada hari-hari yang lebih agung di sisi Allah dan amal shaleh di dalamnya lebh dicintai-Nya daripada hari sepuluh (sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah), karenanya perbanyaklah tahlil, takbir, dan tahmid di dalamnya." (HR. Ahmad).
Ike Srilopita Nurdianti / Insight
Tidak ada komentar
Posting Komentar