Marketplace guru adalah platform online yang menyediakan layanan jasa untuk mempertemukan penjual dan pembeli. Marketplace ini memfasilitasi transaksi antara penjual dan pembeli melalui situs web atau aplikasi yang dimilikinya. Penjual dapat memasarkan produk atau jasa mereka kepada calon pembeli, sementara pembeli dapat mencari dan membeli produk atau jasa yang mereka butuhkan. Marketplace guru biasanya menawarkan berbagai kategori produk dan jasa, mulai dari barang konsumen, elektronik, fashion, makanan, hingga layanan seperti jasa desain, penulisan, atau pengiriman. Marketplace ini memungkinkan penjual untuk membuat toko online mereka sendiri di platform tersebut, yang mencakup deskripsi produk, harga, dan gambar untuk menarik minat pembeli. Salah satu contoh marketplace yang populer adalah Amazon atau Tokopedia.
Marketplace guru juga dapat memberikan fitur-fitur tambahan seperti sistem pembayaran yang aman, sistem penilaian dan ulasan dari pembeli, serta dukungan pelanggan. Dengan adanya Marketplace guru, penjual dapat mencapai audiens yang lebih luas dan meningkatkan penjualan mereka secara online, sedangkan pembeli dapat dengan mudah mencari produk atau jasa yang mereka butuhkan tanpa harus mencari di berbagai situs web atau toko fisik. Di Indonesia sendiri, gagasan ini dicetuskan oleh Mentri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudriset) Nadiem Makarim, ia mengemukakan bahwa gagasan ini adalah upaya untuk mrnjawab dan mengatasi masalah tenanga guru-giru yang berstatus honorer yang terjadi bertahun-tahun kebelakang, dan menurutnya rencana ini juga sudah dibahas oleh jajaran anggota kementrian yang bekolaborasi dengan Kemenkeu, Kemendagri, dan ManpanRB dan sudah disampaikan juga dalam Raker dengan Komisi X DPR RI.
Nadiem berpendapat bahwa platform marketplace guru ini nantinya berupa data yang didukung oleh teknologi jadi setiap sekolah bisa mengakses calon-calon guru yang tersedia di website tersebut. Menurutnya lagi, platform ini juga merupakan wadah atau sebuah media untuk merekrut gru sesuai kebutuhan sekolah mereka masing-masing, jadi nantinya tidak salah sasaran guru yang masuk. Soalnya, kebanyakan guru yang masuk atau direkrut tidak sesuai dengan basic pendidikan mereka dan kriteria atau tidak sesuai dengan guru mata pelajaran yang dibutuhkan di sekolah, sehingga banyak guru honorer yang nyebrang ke mata pelajaran baru yang tidak mereka pelajari disaat kuliahnya. Itulah yang menjadi alasan digagasnya media platform marketplace ini.
Namun, dengan digagasnya media platform marketplace guru ini menjadi sebuah solusi di dunia pendidikan?. Sebetulnya, ide dan gagasanya yang disampaikan oleh Kemendikbudriset Nadiem Makarim adalah sebuah solusi yang tepat untuk permasalahan guru honorer yang sering kali tidak mendapat perhatian dari negara, jika platform tersbeut berjalan dengan baik dan tidak ada gangguan, selain itu harus diadakan sosialisasi dan pengoptimalan kembali terhadap situs website atau aplikasi yang nantinya menyediakan platform marketplace guru, karena kabanyakan media-media yang berbasis digital sangat rentan untuk di bobol oleh oknum-oknum yang tidak bertangung jawab. Yang kemudian nantinya semua data-data guru yang tersimpan dan tertulis di marketplace guru akan diketahui oleh oknum yang membobol media tersebut dan bisa jadi nantinya digunakan untuk kejahatan. Selain itu, banyak sekolah-sekolah yang tidak teridentifikasi (tidak terpantau) yang berada diwilayah pedalaman. Banyak sekolah-sekolah yang belum terekspos, kemungkinan mereka masih tertinggal dalam hal teknologi. Selain itu, banyak guru-guru senior mungkin yang tidak terlalu paham dan mengerti dengan media sosial, tidak mau ribet dan yang lainnya.
Heru Sutadi, seorang ahli Pengamat Teknologi dan Informatika, mengatakan bahwa gagasan yang dikeluarkan oleh Mendikbudriset mengenai perancangan dan perencanaan platform marketplace guru perlu diapresiasi dan juga dielaborasi. Karena menurutnya, manfaat dari media platform tersebut itu apa, apakah berjalan dengan baik atau tidak kedepannya, jangan disamakan antara marketplace guru dengan marketplace lainnya seperti jual-beli barang. Karena guru bukan barang dan juga bukan orang yang menjual jasa, seperti tukang dan jasa-jasa yang lainnya. Guru adalah sebuah pekerjaan yang mulia, jadi tidak bisa disamakan dengan barang yang dijual belikan.
Pengamat Pendidikan, Doni Koesoema juga menilai bahwa gagasan yang dikeluarkan oleh pemerintah itu soal marketplace guru, sementara ini masih harus dikaji secara mendalam, karena banyak hal-hal yang perlu diperhatikan dalam proses menyeleksi atau merekrut guru, salah satunya kualitas guru itu sendiri. Selain itu, perlu dijelaskan lebih rinci lagi bagaimana kriteria guru dan mekanisme seleksinya untuk seorang guru itu bisa diterima dan masuk untuk mendaftar ke platform marketplace guru ini, yang sesuai dengan kriteria seorang guru.
Sementara itu, Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahadiansyah, menilai platform marketplace guru akan mempersulit dunia pendidikan di Indonesia. Rencana ini justru akan mempersulit dunia pendidikan di Indonesia karena guru honorer yang bahkan telah lulus seleksi ASN pun, tidak semua mengerti teknologi. Terlebih guru di daerah terpencil yang memiliki keterbatasan koneksi internet dan juga akses dari rumah menuju sekolah yang begitu jauh dan medan yang sulit.
Penulis : Khoerul Rohman
Email : khoerulrohman2017@gmail.com
Instagram : Khoerulrohman77
Sent from Mail for Windows
Tidak ada komentar
Posting Komentar