Bandung, www.insight-cybermedia.com – Warga paseh bagikan daging kurban dengan budaya lampau yakni membungkusnya dengan daun tisuk, hal ini dilakukan oleh warga masjid Baiturrahman dari Kp. Walahir, Ds. Drawati, Kec. Paseh, Kab. Bandung.
Kebiasaan ini sebanarnya telah ada sejak zaman dahulu, kebiasaan ini agak sedikit pudar dikarenakan penggunaan plastic yang lebih simple. Padahal dilihaat dari dari segi Kesehatan dau katuk memiliki banyak manfaat.
Selain itu, warga Mesjid Baiturrahman di kampung Walahir ini juga salah satu penerima manfaat hewan Qurban dari program Qurban Goes to Gunung yang diinisiasi Bale Rancage.
Alasan warga menggunakna daun tisuk ini ialah untuk melestarikkan budaya zaman dahulu, selain lebih ramah lingkungan Adapun banyak manfaat lain dalam menggunakan daun tisuk hal ini ilalah :
• Tradisi menggunakan daun tisuk sebagai pembungkus daging berasal dari budaya Indonesia, terutama pada perayaan Idul Adha. Daun tisuk digunakan untuk membungkus daging kurban sebelum dimasak atau diolah.
• Daun tisuk memiliki sifat alami yang memungkinkan uap dan panas melewati daun tersebut saat proses memasak. Hal ini memungkinkan daging kurban yang dibungkus dengan daun tisuk menjadi lebih lezat dan aromatik karena terperangkapnya aroma dan bumbu dalam proses memasak.
• Penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus makanan bukan hanya terbatas pada daging kurban. Di beberapa daerah di Indonesia, daun tisuk juga digunakan untuk membungkus makanan tradisional seperti lemper, ketupat, atau lontong. Daun tisuk memberikan aroma dan cita rasa khas pada makanan yang dibungkusnya.
• Selain memberikan kelebihan dari segi rasa dan aroma, daun tisuk juga memiliki sifat antimikroba alami. Hal ini membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan, sehingga menjaga kebersihan dan kesegaran daging kurban yang dibungkus dengan daun tisuk.
• Daun tisuk juga ramah lingkungan karena merupakan bahan alami dan dapat terurai secara alami setelah digunakan. Hal ini membuat penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus makanan lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan bahan pembungkus sekali pakai yang sulit terurai.
Secara keseluruhan, penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus daging kurban mencerminkan keselarasan dengan alam, keanekaragaman alam Indonesia, serta nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Selain itu, penggunaan daun tisuk juga memberikan manfaat dalam hal kualitas dan kesegaran daging kurban, serta menjaga lingkungan dari dampak negatif bahan pembungkus sekali pakai.(1/7/2023).
Ilham Abdurohman
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Kebiasaan ini sebanarnya telah ada sejak zaman dahulu, kebiasaan ini agak sedikit pudar dikarenakan penggunaan plastic yang lebih simple. Padahal dilihaat dari dari segi Kesehatan dau katuk memiliki banyak manfaat.
Selain itu, warga Mesjid Baiturrahman di kampung Walahir ini juga salah satu penerima manfaat hewan Qurban dari program Qurban Goes to Gunung yang diinisiasi Bale Rancage.
Alasan warga menggunakna daun tisuk ini ialah untuk melestarikkan budaya zaman dahulu, selain lebih ramah lingkungan Adapun banyak manfaat lain dalam menggunakan daun tisuk hal ini ilalah :
• Tradisi menggunakan daun tisuk sebagai pembungkus daging berasal dari budaya Indonesia, terutama pada perayaan Idul Adha. Daun tisuk digunakan untuk membungkus daging kurban sebelum dimasak atau diolah.
• Daun tisuk memiliki sifat alami yang memungkinkan uap dan panas melewati daun tersebut saat proses memasak. Hal ini memungkinkan daging kurban yang dibungkus dengan daun tisuk menjadi lebih lezat dan aromatik karena terperangkapnya aroma dan bumbu dalam proses memasak.
• Penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus makanan bukan hanya terbatas pada daging kurban. Di beberapa daerah di Indonesia, daun tisuk juga digunakan untuk membungkus makanan tradisional seperti lemper, ketupat, atau lontong. Daun tisuk memberikan aroma dan cita rasa khas pada makanan yang dibungkusnya.
• Selain memberikan kelebihan dari segi rasa dan aroma, daun tisuk juga memiliki sifat antimikroba alami. Hal ini membantu mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang dapat merusak makanan, sehingga menjaga kebersihan dan kesegaran daging kurban yang dibungkus dengan daun tisuk.
• Daun tisuk juga ramah lingkungan karena merupakan bahan alami dan dapat terurai secara alami setelah digunakan. Hal ini membuat penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus makanan lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan dibandingkan dengan penggunaan bahan pembungkus sekali pakai yang sulit terurai.
Secara keseluruhan, penggunaan daun tisuk sebagai pembungkus daging kurban mencerminkan keselarasan dengan alam, keanekaragaman alam Indonesia, serta nilai-nilai budaya dan tradisi yang telah diwariskan secara turun-temurun. Selain itu, penggunaan daun tisuk juga memberikan manfaat dalam hal kualitas dan kesegaran daging kurban, serta menjaga lingkungan dari dampak negatif bahan pembungkus sekali pakai.(1/7/2023).
Ilham Abdurohman
Mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Tidak ada komentar
Posting Komentar