Insightcybermeida, Bandung - Lihatlah orang sakit, perhatikan yang tertimpa bencana, lihat orang terpenjara, kan kau dapati, pada dirimu ternyata menyimpan segudang nikmat. Nikmat itu yang penting bukan apa yang kita miliki, tapi apa yang kita rasakan dan syukuri. Apa yang ada dan kau syukuri, lebih baik dari keinginan yang tak kunjung terwujud.
Dua orang mendapatkan keuntungan yang sama. Bisa jadi yang satu merasa untung tiada kira, yang satu merasa kurang dan merana. Ini soal bagaimana mensyukuri. Dalam bahasa Arab antara nikmat dan niqmah yang berarti azab sangat tipis bedanya. Nikmat yang sama dapat jadi berkah, dapat jadi azab.
Nikmat menjadi berkah, ketika kita gunakan pada apa yang Allah cintai dan ridai, tapi jadi sumber azab, kalau digunakan di jalan kemaksiatan. Bahkan dalam kekurangan, keterbatasan, keterhalangan, keterdesakan boleh jadi tersimpan nikmat.
Betapa banyak kekurangan kita menyebabkan berkurangnya potensi keburukan yang akan kita dapatkan apabila diberi kelebihan. Betapa banyak keterhalangan kita, menghalangi kita untuk melakukan perbuatan nista dan tercela dibanding bila segalanya terbuka.
Betapa banyak keterdesakan kita, mendesak kita untuk kuat berikhtiar dan kian pasrah, dibanding apabila segalanya serba lapang kita rasakan. Betapa banyak keterpurukan kita, membuat kita terpuruk dan tersungkur di hadapan kebesaran Allah, memohon ampun dan pertolongan-Nya.
Belajarlah mensyukuri hal-hal yang dianggap sepele, udara segar, tidur nyenyak, pedasnya sambal, anak-anak sehat, keluarga rukun dan lain-lain. Yang mudah mensyukuri hal-hal kecil, tentu akan lebih bersyukur pada kenikmatan yang lebih besar.
. Sadari dan Apresiasi:
Luangkan waktu untuk memperhatikan dan mensyukuri hal-hal kecil dalam hidup Anda. Hal ini bisa sesederhana menikmati rasa secangkir kopi hangat, merasakan sinar matahari di kulit Anda, atau mendengarkan tawa anak-anak.
Gunakan indera Anda untuk benar-benar merasakan pengalaman tersebut.
Perhatikan rasa, aroma, suara, dan pemandangan di sekitar Anda.
Ucapkan syukur atas hal-hal kecil ini. Anda dapat mengucapkan "syukur" dalam hati, menuliskannya dalam jurnal, atau membagikannya dengan orang lain.
1. Bagikan dengan Orang Lain:
Bagikan kenikmatan kecil Anda dengan orang lain. Hal ini bisa sesederhana membuatkan secangkir teh untuk teman, memberikan pujian kepada seseorang, atau melakukan tindakan kebaikan kecil.
Menolong orang lain dapat meningkatkan kebahagiaan dan rasa syukur Anda sendiri.
Membuat orang lain tersenyum adalah salah satu cara terbaik untuk mengubah kenikmatan kecil menjadi berkah.
2. Gunakan untuk Meningkatkan Diri:
Gunakan kenikmatan kecil Anda sebagai motivasi untuk mencapai tujuan Anda. Misalnya, jika Anda menikmati berolahraga, gunakan energi itu untuk berolahraga lebih sering.
Belajarlah sesuatu yang baru dari setiap pengalaman. Hal ini bisa sesederhana mempelajari fakta baru atau mengembangkan keterampilan baru.
Gunakan kenikmatan kecil Anda untuk membuat diri Anda menjadi orang yang lebih baik.
3. Hubungkan dengan Sesuatu yang Lebih Besar:
Pikirkan tentang bagaimana kenikmatan kecil Anda terhubung dengan sesuatu yang lebih besar dalam hidup Anda. Misalnya, menikmati alam dapat mengingatkan Anda akan keindahan dunia, atau menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai dapat mengingatkan Anda tentang pentingnya hubungan.
Kenikmatan kecil Anda dapat menjadi pengingat akan hal-hal yang benar-benar penting dalam hidup.
Gunakan kenikmatan kecil Anda untuk merasa lebih terhubung dengan dunia di sekitar Anda.
4. Nikmati Saat Ini:
Jangan terburu-buru dan nikmati momen saat ini. Hindari memikirkan masa lalu atau masa depan, dan fokuslah pada apa yang terjadi di sekitar Anda sekarang.
Berada di saat ini adalah cara terbaik untuk benar-benar menghargai kenikmatan kecil dalam hidup.
Ketika Anda menikmati saat ini, Anda membuka diri untuk mengalami lebih banyak kebahagiaan dan rasa syukur.
Ingatlah bahwa kenikmatan kecil dalam hidup sama pentingnya dengan pencapaian besar. Dengan meluangkan waktu untuk menghargai hal-hal kecil, Anda dapat membuat hidup Anda lebih bermakna dan penuh berkah.
Penulis : Mutiara Widya Kumala
Tidak ada komentar
Posting Komentar