Insight-Cybermedia.com, Bandung – Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) menjadi program andalan pemerintah untuk memastikan akses pendidikan tinggi bagi mahasiswa dari keluarga tidak mampu. Namun, dalam praktiknya, permasalahan penyaluran yang kurang tepat sasaran sering kali mencuat. Tidak sedikit penerima KIP-K yang terlihat menjalani gaya hidup konsumtif, bahkan memiliki barang-barang mewah yang secara logis tidak selaras dengan semangat program ini. Sementara itu, mahasiswa yang berasal dari keluarga dengan penghasilan terbatas, seperti golongan rendah di sektor publik atau pekerja informal, kerap tidak mendapatkan akses karena kurangnya sistem verifikasi yang komprehensif.
Masalah ini berakar dari proses seleksi yang mengandalkan dokumen seperti Surat Keterangan Tidak Mampu (SKTM), yang mudah didapatkan dan berpotensi disalahgunakan. Hal ini menciptakan ketidakadilan, di mana mahasiswa yang benar-benar membutuhkan malah terpinggirkan. Pemerintah perlu melakukan langkah konkret, seperti integrasi data lintas sektor, termasuk pajak, BPJS, dan catatan kependudukan, untuk memastikan kondisi ekonomi penerima sesuai kriteria. Selain itu, perlu ada mekanisme evaluasi berkala terhadap penggunaan dana, guna memastikan bantuan digunakan sesuai kebutuhan akademik, bukan untuk kepentingan konsumtif.
Bagi mahasiswa yang tidak memenuhi kriteria KIP-K tetapi tetap membutuhkan dukungan finansial, banyak alternatif beasiswa lain yang dapat menjadi solusi. Program seperti Beasiswa Unggulan Kemendikbud memberikan pendanaan bagi mahasiswa berprestasi akademik maupun non-akademik. Selain itu, LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan) menjadi opsi menarik dengan skema pembiayaan penuh untuk pendidikan lanjutan yang mendorong kontribusi terhadap pembangunan, Beasiswa Bank Indonesia dan Bank-bank konvensional juga menawarkan beasiswa, seperti BCA Finance, CIMB Niaga, atau Mandiri, yang fokus pada pengembangan sumber daya manusia berkualitas. Pilihan ini memungkinkan mahasiswa untuk meraih bantuan tanpa harus bersaing di jalur yang bukan ranah mereka.
Sebagai mahasiswa, penting untuk menanamkan kesadaran bahwa beasiswa bukan hanya soal mendapatkan uang, melainkan tentang tanggung jawab moral untuk menggunakan dana tersebut secara benar. Memanfaatkan program sesuai kebutuhan dan mencoba jalur alternatif beasiswa berbasis prestasi dapat menjadi solusi untuk menekan penyalahgunaan bantuan sosial seperti KIP-K. Dengan langkah-langkah tersebut, harapan pemerataan pendidikan yang adil dan berkualitas dapat benar-benar terwujud.
Reporter: Nanda Fadilah
makasih nanda udah menyuarakan keresahan kita semua semoga pemerintah makin selektif
BalasHapusbetul banget selagi masih bisa bersaing jalur prestasi kenapa tidak
BalasHapuskeren sekali bung nanda saya setuju
BalasHapus