Insightcybermedia, Bandung - Di dunia yang semakin terpecah belah, ada satu sosok yang memegang peranan penting dalam menjalin komunikasi antarbudaya dan komunitas. Profesor Doktor Haji Enjang AS, M.S.I., M.A.G., CICS, adalah seorang guru besar di UIN Sunan Gunung Jati Bandung yang tidak hanya dikenal sebagai akademisi, tapi juga sebagai penggerak perubahan sosial. Lahir di Bandung pada 14 Agustus 1968, Prof. Enjang telah melalui perjalanan panjang dalam dunia pendidikan dan terus berkomitmen pada pengembangan ilmu komunikasi untuk membangun masyarakat yang lebih baik.
Prof. Enjang memulai perjalanan pendidikannya dengan menyelesaikan S1 di Fakultas Ushuluddin IAIN Sunan Gunung Jati Bandung. Setelah itu, ia melanjutkan studi magisternya di Universitas Padjadjaran dan UIN Sunan Gunung Jati Bandung hingga akhirnya meraih gelar doktor. Selain sebagai dosen, Prof. Enjang juga seorang penulis yang produktif. Lebih dari 30 buku telah ia terbitkan, dengan beberapa karya best seller seperti La Tahzan for Muslimah dan Filsafat Jurnalistik dan Opinion Leader. Karya-karyanya memberi kontribusi besar pada dunia komunikasi, menjadikannya sosok yang dihormati di bidang ini.
Sebagai seorang pengajar dan peneliti, Prof. Enjang memiliki ketertarikan besar pada komunikasi sosial. Salah satu bidang yang menjadi fokusnya adalah masyarakat tradisional, seperti dalam penelitiannya tentang masyarakat Baduy. Hasil penelitian tersebut sudah dipublikasikan di berbagai jurnal internasional dan memberikan wawasan baru tentang cara berkomunikasi di masyarakat yang masih sangat menghargai adat dan tradisi. Menurut Prof. Enjang, meskipun masyarakat tradisional seperti Baduy jarang dilihat oleh dunia modern, cara komunikasi mereka tetap sangat relevan untuk dipelajari, terutama dalam menjaga hubungan sosial yang harmonis.
Namun, kiprah Prof. Enjang tak hanya terbatas di dunia akademik. Ia juga sangat aktif dalam berbagai organisasi sosial dan budaya. Sebagai "Tunggul Sunda" atau "Kang Uncang", Prof. Enjang terlibat dalam banyak kegiatan untuk mempromosikan budaya Sunda. Ia juga menjadi dewan redaksi di Bandung Oke TV, pengurus berbagai asosiasi dakwah, dan pembina lembaga pendidikan. Salah satu kontribusinya yang paling terasa adalah pendirian Pesantren Digital Al Burhan, yang bertujuan untuk memberikan pendidikan berbasis teknologi kepada generasi muda.
Meski sibuk dengan berbagai aktivitas, Prof. Enjang tetap memiliki pandangan yang kuat tentang pentingnya komunikasi dalam mengatasi perpecahan sosial. Ia menyadari bahwa polarisasi dan konflik yang terjadi dalam masyarakat sering kali berakar dari kurangnya komunikasi yang baik. Oleh karena itu, ia percaya bahwa komunikasi yang efektif bisa menjadi solusi untuk mengurangi ketegangan dan mempererat hubungan antar kelompok yang berbeda. Menurutnya, komunikasi yang baik harus melibatkan empati, saling mendengarkan, dan mengedepankan nilai-nilai kebaikan.
Dalam buku terbarunya, Filsafat Jurnalistik dan Opinion Leader, Prof. Enjang menekankan pentingnya peran jurnalisme dalam membangun masyarakat yang lebih baik. Baginya, jurnalisme bukan hanya soal menyampaikan berita, tetapi juga tentang menyatukan orang dan mendorong perubahan positif dalam masyarakat. Ia mengajak semua pihak untuk berpikir tentang bagaimana komunikasi bisa digunakan untuk memperbaiki hubungan sosial dan menghindari sikap intoleransi.
Sebagai seorang akademisi, penulis, dan aktivis budaya, Prof. Enjang telah menunjukkan bahwa komunikasi bisa menjadi alat yang sangat kuat untuk menciptakan perubahan sosial. Melalui pemikirannya yang mendalam, penelitiannya yang berbobot, dan karya-karya yang menginspirasi, ia terus berusaha memberikan dampak positif bagi masyarakat. Bagi Prof. Enjang, komunikasi adalah kunci untuk menciptakan dunia yang lebih damai, inklusif, dan harmonis.
Penulis, Muhammad Rasyid Faizulhaq
Tidak ada komentar
Posting Komentar